Bernama
lengkap Muhammad Faris Dzibran. Atau lebih akrab disapa Fajar. Dia anak
berkebutuhan khusus. Duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nur Wahid Pulau
Pemana NTT. Bagi saya, dia adalah seorang anak yang istimewa. Bukan karena dia
pintar. Bukan karena dia rupawan. Bukan pula karena dia “kurang akal”. Namun
keinginannya yang kuat untuk belajar yang membuat dia menjadi istimewa.
Tinggal
bersama dalam satu rumah selama satu bulan, membuat saya mengenalnya meski tak
banyak berbincang. Hampir setiap hari selalu ada cerita menarik. Selalu ada
polah tingkahnya yang lucu dan energic. Meski terkadang kami ( baca : saya dan
teman – teman KKN Unit 186 ) juga dibuat kesal karena tingkahnya. Tapi kami
menyadari karena dia anak berkebutuhan khusus, maka sudah sepantasnya dia
mendapat perhatian khusus.
Belajar Sholat
Saya terkejut.
Ketika untuk pertama kalinya mendapati Fajar sedang belajar untuk sholat. Hari
itu hari Jum’at. Hari ke-8 kami berada di Pulau Pemana NTT. Saat itu siang hari
dan posisi saya sedang berada di pondokan, tiba – tiba Fajar pulang ke rumah
lalu menuju kamar mandi dan kemudian langsung mandi. Aneh. Tak biasanya dia
mandi di siang bolong. Kali ini dia mandi sendiri tanpa bantuan dari Mama desa.
Setelah selesai mandi, dengan penuh semangat ia kenakan baju koko warna
abu-abu. Baju koko itu nampak kebesaran untuknya. Ia pun masuk ke dalam kamar
dan kemudian diraihnya sebuah sajadah berukuran besar lalu dibentangkannya
lebar-lebar.
Namun sayang,
arah sajadah yang dibentangkan adalah arah utara (dalam foto di bawah =arah
tirai). Fajar menuju ke arah kiblat yang salah. Secepat kilat saya masuk ke
dalam kamar lalu membenarkan arah sajadahnya. Karena tak ingin mengganggu
kekhusyukannya, lalu segera keluarlah saya dari kamar. Dari luar kamar dan
masih dalam keadaan terkejut, saya mengamati dan mengamati.
“anak kecil di balik
tirai itu = Muhammad Faris Dzibran = Fajar”
Hari itu, saya
terkagum-kagum. Anak “istimewa” itu sembahyang. Bersujud kepada Alloh SWT
dengan khusyuk. Meski saya tahu ia tak hafal bacaan sholat. Untuk ia
mengucapkan “ Bismillahirrahmanirrahim” saja diucapkannya “Bismihim”. Namun
saya yakin, Alloh pasti tahu apa yang di dalam hati setiap makhlukNya.
Fotografer
Tak hanya
cerita tentang Fajar belajar sholat. Saat saya, Januar Panca S, Andri Alviyanto
dan Sammy sedang melakukan survey peta
administrasi di dusun Ngolo, dusun paling selatan di desa Gunung Sari. Saat itu
terik matahari terasa begitu menyengat di kulit. Udara kian panas. Untung angin
sepoi-sepoi yang menerpa bisa mengurangi keganasan siang itu.
Kami
berputar-putar di desa Ngolo, meneliti setiap rumah penduduk yang ada. Masihkah
ada di tempat atau malah sudah tak ada penghuni. Mengamati apakah ada rumah
baru yang dibangun dan dimana saja lokasinya. Mencocokkan peta administrasi
yang lama dengan kondisi sekarang bukanlah hal yang mudah. Kami harus menyisir
dari satu rumah ke rumah lainnya.
Siang itu
Fajar ikut dengan kami. Berputar-putar di tengah hari lantas tak membuat
semangatnya surut. Selangkah demi selangkah kami menyusuri dusun Ngolo. Kadang
jika langkah mulai lelah untuk meneruskan survey, kami beristirahat di samping
rumah penduduk. Namun ketika separuh perjalanan untuk survey sudah terlampaui.
Tiba-tiba Fajar kelelahan, ia lalu merajuk minta digendong. Untung ada Andri
yang dengan berbaik hati menggendongnya di punggung.
Mungkin karena
panas dan rasa lapar, Fajar mulai merengek minta pulang. Saya pun mencari akal
bagaimana cara agar dia tak lagi merengek minta pulang. Sejurus kemudian saya
keluarkan kamera digital yang ada di dalam tas. Lalu dengan kamera itu saya
biarkan Fajar memainkannya. Mulanya ia jengah dan tak tahu bagaimana cara
menggunakan kamera. Sedikit demi sedikit saya ajarkan bagaimana mengambil
gambar dengan benar.
Sembari kami melakukan
survey peta administrasi, Fajar asik bermain dengan kamera di tangannya.
Sesekali ia berpose bak fotografer professional. Berikut ini foto – foto hasil
jepretan Fajar.
Siang itu,
saya menyadari bahwa Fajar adalah seorang pembelajar sejati. Sebenarnya tak
hanya hari itu, masih banyak kisah lagi yang menarik. Namun dua cerita di atas
yang begitu melekat di memori sehingga menggugahku untuk menuliskannya.
Tak hanya
kepada orang pandai dan sukses kita belajar. Dari seorang anak kecil “istimewa”
seperti Fajar, kita bisa belajar bagaimana tekad dia untuk mau mencoba hal-hal
baru. Belajar dari segala hal yang ia lihat, dari orang di sekitarnya dan dari
hal sekecil apapun yang bisa ia lakukan.
“Pengalaman
adalah pelajaran paling berharga
dan
kehidupan adalah guru paling bijaksana”
-ErlisaDP-












0 komentar:
Posting Komentar